ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH: AMANAH PUANG ANDI DJUANNA

AMANAH PUANG ANDI DJUANNA



Tulisan di atas adalah pesan pesan dari Puang Andi Djuanna kepada semua keturunannya yang ditulis tangan dengan memakai huruf Lontara/Bugis kuno. Sedikit saya berbicara disini mengenai amanah yang tersirat di dalamnya. Mudah mudahan dapat berguna bagi saya dan para pembaca untuk mengingatkan kita selalu akan makna kehidupan. Di dalam pesan pesan ini mengandung makna Sipatuo, Sipatokong, Sipakalebbi yang selalu di elu elukan oleh banyak orang Bugis Makassar. Sayangnya pesan pesan tersebut kini sudah mulai dilupakan oleh masyarakat umum. Sehingga tercerai berailah kita semua karena saling mementingkan diri sendiri.

Masih teringat dalam ingatan sebelum Ayahanda Andi Abdul Rivai Djuanna menghembuskan nafas terakhir, dalam keadaan koma (critical) beliau mencoba untuk masih bisa bertahan hidup beberapa waktu tentunya dengan izin Allah SWT. Saya yang waktu itu melihat keadaan beliau yang sudah mau sakratul maut bertanya tanya ada apakah sebetulnya dengan diri Ayahanda?, mengapa ia terkesan belum mau meninggalkan dunia sedangkan kita semua Istri dan Anak anaknya sudah merelakan kepergiannya. Seakan ada sesuatu yang mengganjal dihatinya yang masih perlu di ungkapkan. Kenyataan inilah yang membuat saya bersama saudara yang lain merasa sedih. Sempat terbersit pikiran pikiran negatif, adakah kepergian beliau yang terlihat sulit ini dikarenakan amalan bacaan doa peninggalan leluhur yang selalu beliau baca?(Na udzhubillah). Ternyata dugaan kami adalah salah, dengan ijin Allah SWT Ayahanda ternyata menunggu kedatangan Adiknya yang paling Bungsu datang dari Surabaya. Terlihat jelas suatu keajaiban muncul tatkala Adiknya yang bungsu sudah datang dan berada di samping Kakaknya, tekanan darah dari yang tadinya 20/40 kini naik sedikit menjadi 40/60. Adiknya memberikan isyarat dan berbisik di telinganya untuk memberitahukan kehadirannya. Kakaknya pun mencoba meresponse dengan menggerakan jari jemari dan disambut pegangan tangan Adiknya. Nampak terlihat apa sesungguhnya yang Ayahnda mau dan nantikan selama beberapa hari ini. Setelah mengetahui Adiknya berada disamping maka Ayahnda berpesan dengan mengucap sepatah kata sebelum dicabut nyawanya, dengan tertatih tatih Ayahnda meninggalkan pesan kepada Adiknya yaitu 'Sipatuo ko'. Baru kemudian Ayahnda menghembuskan nafas terakhir.

Adapun arti tulisan lontara di atas adalah sebagai berikut:

Amanah (Pesan) Kepada Keturunanku

Dengan nama Allah SWT, saya Andi Djuanna orang tuamu dalam keadaan sehat walafiat dan dengan pikiran tenang, saya amanatkan sebab ada beberapa niat baikk kepada anak anakku sekalian diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Anak anakku (keturunanku) sekalian jangan sekali kali berpisah pisah, bertengkar karena urusan dunia. Bersatulah seperti buluh sebatang, lupa saling mengingatkan, jatuh saling membangkitkan, hanyut saling membantu.

2. Saya tidak ingin kalian bersaudara apabila ada salasatu diantaramu terperosok kedalam lubang tetapi tidak diangkat (dibantu).

3. Ada warisan (barang barang) yang saya tinggalkan, saya bagi bagikan sedikit sedikit. Hargailah (terimalah dengan baik) dan periksalah kebenarannya. Kalian berasal dari orang Barru yaitu Barru tanah kelahiranmu.

4. Terimalah dengan baik (hargailah) pemberianku walaupun hanya tanah segenggam, ambilah (anggaplah) sebagai tanda kenangan (peringatan) dari Puang Emmamu. Saya mengharapkan dari Allah SWT agar kalian keturunanku nanti kembali ke tanah kelahiranmu yaitu tanah Barru untuk membantu (membangun) daerahmu, kepada familimu dan kepada masyarakat. Pegang teguhlah ASAL USULmu membangun di daerah sebagai sandaran masyarakat dan tempat berlindung bagi orang banyak.

5. Barang barang yang saya bagi bagikan (wariskan) kepada kalian adalah menurut adat dan tidak membeda bedakan antara satu dan lain. Jangan cemburu mencemburui dan dengki satu sama lain, agar diberkahi Allah SWT atas barang barangmu (bagianmu). Semoga Alllah SWT mengampuni hambanya, agar selamat nanti di Akhirat.

Demikianlah pesanku pada kalian, pegang teguhlah amanatku. Mudah mudahan Allah SWT dapat menerima amanatku untuk semua keturunanku, Amin.

Barru, 2 Mei 1979

Saya Puang Amamu



Andi Djuanna

Kejadian demikian membuat saya merenung memikirkan betapa pentingnya makna 'Sipatuo' bagi Ayahanda. Setelah kepergiannya barulah saya mencoba untuk mencari tahu arti dan makna sipatuo, sambil saya mensortir beberapa dokumen dokumen di dalam kamar milik Ayahnda saya menemukan 'Amanah (Pesan) Kepada Keturunanku' yang ditulis tangan oleh Kakek Puang Andi Djuanna. Setelah melihat dan membaca isi dari pesan pesan tersebut barulah saya mengerti bahwa isi dan pesan yang ditulis oleh Kakek sungguh sangat indah dan betul betul mencerminkan budaya Bugis sejati. Jika saja banyak orang Bugis Makassar yang masih betul betul memegang kata Sipatuo, Sipatokkong, Sipakalebbi maka tidak mungkin kita lihat banyak orang kelaparan, kerusuhan, dan kemunafikan kaum elite di tanah Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya.

Dari pengalaman ini dan berbekal pengertian akan Amanah Puang maka saya merasa terpanggil untuk sedikit memberikan sumbangsihku terhadap budaya tanah leluhur yaitu Bugis, Sulawesi Selatan. Di Multiply ini tidak hanya hobby saya akan benda benda pusaka yang saya kedepankan tetapi juga budaya, adat, dan istiadat Bugis yang saya juga coba angkat dan bahas walau dengan kemampuan yang minim. Di kesempatan ini, saya juga coba untuk mengajak kawan kawan, siapapun kalian, banggalah akan kebesaran tanah leluhurmu karena sesungguh keberadaanmu sekarang adalah cermin dari kebesaran leluhur. Jangan lupakan perkataan pesan dari para pendahulu karena sesungguhnya banyak manfaat yang kita dapati jika kita betul betul memahami dan mengaplikasikannya pada kehidupan kita. Semoga Allah SWT memberikan keselamatan dunia dan akhirat pada kita.



Dalam kenangan: Andi Djuanna dan Andi Abdul Rivai


by Andi Muh. Irvan

Tidak ada komentar: